Istilah open source sendiri baru dipopulerkan tahun
1998, sejarah peranti lunak open source sendiri bisa ditarik jauh ke belakang
semenjak kultur hacker berkembang di laboratorium-laboratorium komputer di
universitas-universitas Amerika seperti Stanford, Berkeley, Carnegie Mellon,
and MIT pada tahun 1960-an dan 1970-an.
Awalnya tumbuh dari suatu komunitas pemrogram yang
berjumlah kecil namun sangat erat dimana mereka biasa bertukar kode program,
dan tiap orang bisa memodifikasi program yang dibuat orang lain sesuai dengan
kepentingannya. Hasil modifikasinya juga mereka sebarkan ke komunitas tersebut.
Perkembangan di atas antara lain dipelopori oleh
Richard Stallman dan kawan-kawannya yang mengembangkan banyak aplikasi di
komputer DEC PDP-10. Awal tahun 1980-an komunitas hacker di MIT dan
universitas-universitas lain tersebut bubar karena DEC menghentikan PDP-10.
Akibatnya banyak aplikasi yang dikembangkan di PDP-10 banyak jadi kadaluarsa.
Pengganti PDP-10, seperti VAX dan 68020, memiliki sistem operasi sendiri, dan
tidak ada satupun piranti lunak bebas. Pengguna harus menanda-tangani
nondisclosure agreement untuk bisa mendapatkan aplikasi yang bisa dijalankan di
sistem-sistem operasi ini.
Karena itulah pada Januari 1984 Richard Stallman
kemudian keluar dari MIT, agar MIT tidak bisa mengklaim piranti-piranti lunak
yang dikembangkannya. Dan tahun 1985 dia mendirikan organisasi nirlaba Free
Software Foundation. Tujuan utama organisasi ini adalah untuk mengembangkan
sistem operasi. Dengan FSF Stallman telah mengembangkan berbagai piranti lunak:
gcc (pengompilasi C), gdb (debugger, Emacs (editor teks) dan perkakas-perkakas
lainnya, yang dikenal dengan peranti lunak GNU. Akan tetapi Stallman dan FSFnya
hingga sekarang belum berhasil mengembangkan suatu kernel sistem operasi yang
menjadi target utamanya. Ada beberapa penyebab kegagalannya, salah satunya yang
mendasar adalah sistem operasi tersebut dikembangkan oleh sekelompok kecil
pengembang, dan tidak melibatkan komunitas yang lebih luas dalam
pengembangannya.
Sementara, pada tahun 1991, seorang mahasiswa S2 di
Finland mulai mengembangkan suatu sistem operasi yang disebutnya Linux. Dalam
pengembangannya Linus Torvalds melempar ke komunitas terbuka kode program dari
Linux untuk dikembangkan bersama. Dalam perkembangannya kemudian komunitas
Linux terus berkembang dimana kemudian akhirnya melahirkan
distribusi-distribusi Linux yang berbeda seperti Slackware, Redhat, Debian, dan
lainnya yang hingga sekarang jumlahnya mencapai lebih dari 10. Kesemua
distribusi tersebut walaupun berbeda, akan tetapi mempunyai pondasi yang sama
yaitu kernel Linux dan librari GNU glibc.
Selain perangkat lunak, kontribusi utama lain dari FSF
adalah lisensi GPL (GNU public License), dimana lisensi ini memberi kebebasan
bagi penggunanya untuk menggunakan dan melihat kode program, memodifikasi dan
mendistribusi ulang peranti lunak tersebut dan juga jaminan kebebasan untuk
menjadikan hasil modifikasi tersebut tetap bebas didistribusikan. Linus
Torvalds juga menggunakan lisensi ini dalam pengembangan dasar Linux.
Seiring dengan semakin stabilnya rilis dari distribusi
Linux, semakin meningkat juga minat terhadap peranti lunak yang bebas untuk di
sharing seperti Linux dan GNU tersebut, juga meningkatkan kebutuhan untuk
mendefinisikan jenis peranti lunak tersebut.
Akan tetapi teminologi “free” yang dimaksud oleh FSF
tidaklah mudah dipahami oleh kebanyakan orang. Sebagian mengartikan kebebasan
sebagaimana yang dimaksud dalam GPL, dan sebagian lagi mengartikan untuk arti
gratis dalam ekonomi. Kata-kata “free” ini juga membuat khawatir para eksekutif
di dunia bisnis yang menganggap aneh keberadaan perangkat lunak gratis. Kondisi
ini mendorong munculnya terminologi “open source” dalam tahun 1998, yang juga
mendorong terbentuknya OSI (Open Source Initiative) suatu organisasi nirlaba
yang mendorong pemasyarakatan dan penyatuan “Open Source”, yang diinisiasi oleh
Eric Raymond dan timnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar