Selasa, 18 November 2014

KERJA PRAKTEK

ABSTRAK 
Kerja praktek dilaksanakan di Bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE) Daerah Kota Pekanbaru. Tujuan Analisis Budaya Teknologi Informasi pada Bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE)  adalah perlunya melakukan penganalisaan terhadap kebudayaan teknologi informasi yang baik terhadap proses pengolahan data elektronik tersebut. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan pendekatan survei dengan menyebarkan kuesioner kepada sepuluh responden yang merupakan pegawai dari Bagian Pengolahan Data Elektronik (PDE). Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui kecenderungan kemana model kebudayaan teknologi informasi tersebut terkelompokan. Data dalam kerja praktek ini dikumpulkan dengan melakukan observasi, wawancara, kuesioner, dan studi pustaka. Adapun metode yang digunakan untuk analisis meningkatkan kebudayaan teknologi informasi ialah metode organization culture assesment instrument (OCAI). Hasil dari kerja praktek ini mengetahui kebudayaan teknologi informasi yang ada di dalam Bagaian Pengolahan Data Elektronik (PDE) saat ini ialah budaya hierarchy dengan rata-rata 367,3 dan yang diharapkan ialah budaya hierarchy juga dengan rata-rata 418,4 serta berupa rekomendasi untuk meningkatkan mutu dari para pemimpin, manajemen dan membuat semua prosedur, peraturan lebih terstruktur lagi.

Kata Kunci: Budaya Organisasi, Hofstede, organization culture assesment instrument
                    (OCAI)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

 Setiap organisasi saat ini memiliki kecenderungan untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal memberikan pelayanan yang optimal kepada seluruh konsumennya tidak terkecuali organisasi tersebut merupakan suatu instansi. Keinginan tersebut tentunya harus didukung oleh berbagai hal, salah satunya adalah dukungan pengembangan teknologi sistem informasi dan organisasi untuk lebih bisa
bersaing dengan pesaingnya. Agar dapat bersaing dengan pesaing bisnisnya, maka suatu organiasi harus menetapkan suatu strategi untuk mencapai sasaran bisnisnya. Strategi merupakan alat mencapai tujuan. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. Dengan demikian perencanaan strategis hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi“ bukan dimulai dari “apa yang terjadi“. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Organisasi perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.


 Untuk menetapkan strategi suatu organisasi dapat dipandang dari budaya organisasi tersebut. Budaya organisasi pada umumnya tercermin dalam kerangka kerja dari anggota organisasi tersebut. Kerangka kerja tersebut mengandung asumsi dan nilai dasar tertentu. Asumsi dan nilai dasar tersebut diajarkan ke anggota baru sebagai cara pandang, berpikir, merasakan sesuatu ,bertingkah laku dan harapan kepada anggota organisasi lainnya dalam bertingkah laku.
Budaya mempunyai pengertian yang cukup luas dan dapat dilihat dari berbagai aspek. Salah satu aspek budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah budaya menurut perspektif dari penelitian-penelitian Hofstede sebelumnya, yang meliputi: 1) budaya kelompok masyarakat yang lebih mementingkan dirinya sendiri, atau kelompok masyarakat yang mementingkan kebutuhan kelompok. Hal ini disebut budaya individualism vs collectivism, 2) budaya suatu kelompok masyarakat dalam hal toleransinya terhadap kekuasaan yang ada di sekelilingnya cenderung tinggi atau rendah. Budaya ini disebut power distance, 3) budaya kelompok masyarakat yang cenderung mempunyai keberanian mengambil resiko atau cenderung menghindari resiko disebut budaya uncertainty avoidance, 4) budaya kelompok masyarakat yang cenderung bertindak secara tegas tanpa memperhatikan hubungannya dengan orang lain, atau cenderung bertindak dengan mempertimbangkan hubungan baiknya dengan orang lain dalam hal mengambil keputusan, aspek budaya tersebut disebut masculine vs feminime.
Untuk dapat mencirikan dan berbicara tentang budaya organisasi seseorang hendaknya mampu untuk melangkah mundur secara objektif dan melakukan observasi dan wawancara secara kritis. Berbagai penelitian telah mengembangkan model untuk mencirikan budaya, baik secara kualitatif dan kuantitati
Walikota Pekanbaru merupakan suatu instansi pemerintahan yang sangat berpengaruh bagi pemerintahan kota pekanbaru, yang mana di kantor walikota terutama di bagian sektetariat tersebut selalu melakukan perumusan – perumusan APBD yang mana pekerjaan tersebut menggunakan komputer dan saling terkoneksi dengan yang lainnya.
Bagian Pengelolaan Data Elektronik (PDE) merupakan suatu bagian di Walikota Pekanbaru yang bertugas melaksanakan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan manajemen dan sistem pengelolaan data, telematik dan penyelenggaraan pengelolaan data elektronik. Sehingga dalam melakukan tugas di bagian tersebut sangat memerlukan adanya teknologi informasi untuk mempermudah dalam penyusunan pedoman dan teknis pembinaan dibidang tersebut.
Penelitian yang dilakukan disini bertujuan untuk menentukan kecenderungan tipe budaya organisasi tersebut dapat menggunakan model budaya OCAI (Organizational Culture Assement Instrument) dan Hofstede, dimana kedua model ini mendefinisikan kecenderungan budaya organisasi berkaitan dengan pihak internal organisasi. Dari kecenderungan tersebut nantinya dapat diidentifikasi strategi maupun kebutuhan sistem seperti apa yang tepat untuk mendukung pencapaian tujuan bisnis organisasi.
Maka penulis akan membahas bagaimana menetukan strategi penerapan teknologi informasi yang berkaitan dengan budaya organisasi, sehingga penulis tertarik untuk mengangkat judul tentang “Analisis Budaya Teknologi Informasi Menggunakan Metode OCAI Pada Bagian Pengelolaan Data Elektronik”.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar